Menguak Fakta Misteri Maung Bungkeuleukan di Gunung Guntur Garut

Menguak Fakta Misteri Maung Bungkeuleukan di Gunung Guntur Garut

Menguak Misteri Maung Bungkeuleukan dan Larangan Meniup Suling di Gunung Guntur Garut


Menguak Misteri Maung Bungkeuleukan dan Larangan Meniup Suling di Gunung Guntur Kabupaten Garut - Gunung Guntur, adalah salah satu gunung yang ada di Kabupaten Garut, Jawa Barat, tepatnya terletak di daerah Kecamatan Tarogong Kaler. Gunung ini memiliki ketinggian sekitar 2.249 MDPL. Sebagai salah satu gunung di Tatar Sunda tentu saja gunung ini memiliki pesona khas tanah Parahyangan. Namun siapa sangka ternyata dibalik pesona dan panorama khasnya, Gunung Guntur Garut ini ternyata mempunyai misteri yang masih menarik untuk dibahas hingga saat ini.


Mitos tersebut adalah mitos Maung Bungkeuleukan (macan gentayangan) yang ada kaitannya dengan dengan mitos larangan di Gunung Guntur yaitu larangan meniup suling. Kedua mitos tersebut masih sangat kental dan kentara dipercaya oleh masyarakat setempat setidaknya hingga beberapa generasi ke belakang.


Konon katanya menurut warga Tarogong Kaler, menurut kepercayaan orang tua jaman dulu di daerah tersebut, jika ada yang berani meniup seruling di daerah Gunung Guntur maka Maung Bungkeuleukan akan menampakkan diri. Jadi bisa dilihat bahwa sangat jelas mitos Maung Bungkeuleukan ini ada sangkut pautnya dengan larangan meniup suling atau seruling, yaitu hukum sebab dan akibat. Dan mitos tersebut masih terjaga dan terdengar hingga sekarang karena ceritanya diturunkan dari generasi ke generasi.


Apakah Maung Bungkeuleukan Itu Benar-benar Ada?


Dikutip dari news detik(dot)com, terdapat sebuah sumber yang mengatakan bahwa mitos Maung Bungkeuleukan ini sebenarnya sangat erat kaitannya dengan peristiwa sejarah DI/TII yang terjadi puluhan tahun lalu di Jawa Barat.


Gunung guntur Kabupaten Garut
Pemandangan Gunung Guntur Garut
Sumber : commons.wikipedia.org


Tentu saja keterangan tersebut membuat mitos Maung Bungkeuleukan ini menjadi lebih masuk akal, dimana bisa diartikan tidak boleh meniup seruling itu berarti tidak boleh ribut (karena pada waktu itu keadaan sedang genting), dan Maung Bungkeuleukan bisa saja dialamatkan pada kelompok DI/TII sebagai sebuah kelompok atau gerombolan bersenjata yang membahayakan atau ganas.


Dan larangan meniup seruling karena akan mendatangkan Maung Bungkeuleukan ini bisa diartikan sebagai larangan untuk ribut karena bisa membahayakan, dimana kala itu gerombolan DI/TII ada di sekitaran pemukiman penduduk.


Dan, ada pula yang menyebutkan bahwa saat itu ABRI (sekarang TNI) sedang gencar-gencarnya menangkapi anggota DI/TII di kawasan Gunung Guntur, saat itu warga diimbau untuk diam atau tidak ribut karena jika warga ribut dikhawatirkan anggota DI/TII yang sedang diincar kabur atau melarikan diri.


Fakta Sejarah Gunung Guntur Kabupaten Garut


Menurut runtutan sejarah, salah satu tempat persembunyian gerombolan DI/TII saat pergerakannya dulu adalah memang di daerah Gunung Guntur ini. Bahkan pemimpin DI/TII Kartosoewirjo konon ditangkap di sekitaran Gunung Guntur yaitu di daerah Gunung Geber. Gunung Guntur dan Gunung Geber ini letaknya bersebelahan.


Jadi dengan mengetahui fakta sejarah yang telah disebutkan di atas, mitos larangan meniup suling karena akan mendatangkan Maung Bungkeuleukan ini bisa dirasa lebih masuk akal, dimana mitos tersebut murni hanya analogi saja supaya lebih mudah diterima masyarakat saat itu.


Dan memang hingga kini, apalagi menginjak tahun 2000an, mitos tentang adanya Maung Bungkeleukan jika kita meniup suling di daerah Gunung Guntur itu tidak pernah terbukti. Namun demikian mitos ini tetap menjadi kearifan lokal yang sarat akan nilai-nilai kultural di masyarakat.